Menjadi Dewasa
"Rasanya, aku tidak sabar menjadi dewasa. Menjalani masa-masa seru di SMA, lalu kuliah pakai baju bagus." pikiran itu terbesit di kepala seorang gadis berusia sepuluh tahun dengan seragamnya yang masih berwarna merah dan putih. Tentu saja saat itu ia tidak punya bayangan apa-apa soal masa depan. Yang ada di benaknya adalah menjadi dewasa itu keren, menjadi dewasa itu asyik dan menyenangkan. Bisa menentukan setiap keputusan yang ia ambil dalam hidupnya sendiri—tanpa kekangan, juga tanpa paksaan.
Lalu detik ini, gadis itu berusia delapan belas tahun. Sedang berdebar menghitung hari menuju babak baru dalam hidupnya. Gadis itu tidak sendirian, ada banyak sekali pejuang lain yang sama berdebarnya; Menunggu hasil SBMPTN tahun 2020. Kekhawatiran pun mulai menghantuinya.
"Bagaimana kalau aku tidak lolos?"
"Bagaimana kalau aku tidak masuk kampus yang keren?"
"Bagaimana kalau teman-temanku diterima sedangkan aku tidak?" begitu pikirnya.
Ia berubah pikiran. Ternyata menjadi dewasa tidaklah mudah. Persaingan, overthinking, insecure, belum lagi perihal ekspektasi orang-orang sekitar yang dibebankan padanya. Hatinya tak tenang, matanya tersirat keresahan, dan tidurnya pun tak nyenyak.
Lalu aku datang memeluknya, menenangkan jiwanya, dan menggenggam erat tangannya.
"Kamu tidak pernah sendirian. Bagaimana bisa kamu menjadi seresah ini sedangkan Allah selalu menguatkanmu? Sudah jatuh bangun selama ini kamu menjalani hidup. Kamu sudah berjuang dan melangkah sejauh ini. Dulu kamu sangat mendambakan masa ini segera datang. Inilah saatnya. Tidak akan selalu mudah memang, sebab dunia ini bukan cerita dongeng. Tapi percayalah, kamu bisa." ucapku padanya.
Gadis itu menangis di pelukanku.
"Menjadi dewasa itu bukan soal berlomba-lomba menjadi keren, bukan pula sepenuhnya tentang kebebasan. Menjadi dewasa itu tentang bagaimana kita bisa menerima. Menerima diri sendiri, menerima segala ketetapan-Nya, dan tidak lagi membandingkan dirimu dengan teman-temanmu. Perihal kebebasan, iya kamu memang bebas memilih jalan hidupmu sendiri. Tapi kamu lupa bahwa sebebas apapun kamu memilih, sebaik-baik penentu apapun dalam hidupmu hanyalah Allah. Karena sesungguhnya Allah mengetahui apa yang terbaik untukmu. Kejar mimpimu dengan niat baik karena-Nya, maka kamu tidak akan kecewa dan merasa perjuanganmu sia-sia, apapun itu hasilnya. Tidak perlu berlari, perlahan tapi pasti nanti kamu akan sampai pada tujuanmu. Semangat, ya. Kamu pasti bisa." ucapku lagi.
Ia tersenyum padaku, tangis di matanya kini menjadi binar yang ceria. Bukan karena ia yakin sudah pasti akan lolos, tapi ia tersenyum penuh keikhlasan. Karena ia sudah berlapang dada dengan segala rencana indah yang sudah disiapkan oleh Allah. Maka untuk menutup perbincanganku dengan gadis ini, aku berbisik padanya, "Kamu hebat. Selamat menjadi dewasa ya, diriku."
Relate banget :"
ReplyDeleteHihi, semangat! :)
DeleteSayang bgt sama penulisnya❤😭
ReplyDeleteTerima kasih yaa, semangat!
Deleteukhty semangat terus nulisnya jakendorrr 🤗✨
ReplyDeleteWaah terima kasih, semoga bermanfaat yaa hehe
Deleteya allah sayang bangettt maa kamuuu😢❤makasihhh
ReplyDeleteHihi sama sama, semangat yaa
DeleteHi kakak...cuman pingin bisikin aku bangga sekali.you grow up so fast lady...big hug.
ReplyDeleteIni bu Dewi yaa? Waah terima kasih bu, kangen sekali sama bu Dewi, big hug! :)
DeleteBocil cimoykuuuuu tetap kece dan PD as always 😘
ReplyDeleteJadi mayu deh, lagi mengikuti jejak mbaknis ngeblog nih huehehe :))
DeleteSemangatttt keeyyy🤗💯💯 tulisan nya bagus
ReplyDeleteTerima kasih banyaak ^^
DeleteWaaahh:' wapikk heee����
ReplyDeleteWaaaah tengkyuu vivii :')
Delete